Menariknya praktikum 48 jam ini bukan berakhir sampai di cerita aku-aan dan alat penggali saja..
Justru cerita itulah yang mengawali perjalanan cerita 48 jam di kontakan Sakti bersama kelompok 7 ini.
Maket Kelompok 7 |
Setelah alat penggali di dapat, kami menggali si lubang 2 meter, mecoba berfungsinya alat sensor suhu, kami lanjutkan membangun tenda bivak dengan jas hujan aan dan sakti.. semua aku-aan-sakti-magon (tanpa kiki yang masih di semarang) bahu membahu membangun tenda bivak. cewe-cewe?? mereka sedang asik menggerus-gerus styrofoam agar terlihat menyerupai gunung.
Fatah-Pipit sedang menggerus-gerus styrofoam |
Untuk menutupi beberapa bagian sakti kembali mengeluarkan kesaktiannya, doi mengambil plastik yang ntah dari mana, dibagi duanya dan ditambahakan sebagai atap tenda bivak. jadilah luas tenda bivak ditambah.
Sekarang kita bisa tidur dengan nyaman di tenda.. lho?? kita ini ngukur suhu lho bukan tidur. haha
Karena pencatatan dilakukan setiap 5 menit sekali kami mencoba membagi jam kerja kami. tapi apa daya kami ketiduran ditengah rintik hujam yang belum reda, bahkan dipagi hari pukul 4.30 subuh hujan deras turun, dan kami pun dibasahi hujan (terutama sakti yang tidur paling pinggir dengan sleeping bagnya) ku bangunkan semuanya untuk menyudahi tidur di pagi itu. Semua bangun dan mulai berbenah tenda kembali hingga hujan usai.
Selesai bebenah tenda, aku dan sakti mencoba menjadi Aa burjo dadakan dengan membuat sarapan intel goreng ala kami. Dengan magic jar mini sakti menu sarapan intel goreng kami pun dilekngkapi dengan nasi hangat. Nasi?? jadi inget magon. Magon gampang dia mah punya stok dewe.
Belajar dari pengalaman pagi-pagi pukul 9 kita ke tempat peminjaman alat-alat kemah, dengan sudah browsing sebelumnya. Aku-aan meminjam terpal di sana, berniat agar kami bisa mngukur suhu dengan nyaman malam ini, belum lagi anggota kami bertambah kiki yang nanti sore balik dari semarang.
Terpal dipinjam, tenda pun dibangun dengan megahnya. terbayang betapa pulasnya tidur nanti malam. lho??
Aan - Magon membicarakan masa depan mereka (eh??) |
Sampai malam hari tiba, yang tersisa tingal para cowo yang menantang dinginnya malam (halah). Malam ini pejuangnya adalah kiki sendirian, sementar yang lain sudah melabuhkan diri dalam peraduan masing-masing, sebenarnya sih aku setengah tidur soalnya tak jarang aku terbangun untuk membantu kiki mencatat suhu yang diukur sensor, tapi apa daya kiki pun tak tega membangunkanku yang sudah tertidur. Dan sampai pada akhirnya tetsa airlah yang membangunkanku.
Tetesan hujam tepan diatasku membangukanku dari mimpi indahku, ternyata si terpal digenangi air dan bocaor, aku terbangun mencoba mengabaikan dan mencari spot lain untuk tidur. Semeentar magon yang tidurnya disebelahkku tak beranjak sama sekali, heran sama Magon, doi masih bisa tidur basah-basah begitu, ato jangan-jangan.. hahaha (apakah pikiranku sama dengan pikiran kalian??)
BIVAK HARI II DIMODIF akibat bocor |
Hujan semakin menggila, sudah tak ada spot untuk tidur dan tak ada pilihan lain selain terjaga. Dan membangunkan Sakti, Magon, dan Aan dari tidurnya. Sementara aku sudah pusing-panik-stress dengan kebocoran diamana-mana. Mereka bertiga malah dengan sigap membenarkan posisi tenda akan tidak tergenang air dan bocor. Salut deh dengan teman-temanku ini,
Alhasil sampai hujan reda kami tetap terjaga, hujan berhenti kami lanjutkan tidur kami. haha..
yang tidur sih Kiki, Magon, Aku. Tapi karena merasa tidak nyaman dengan kondisi tenda bivak yang basah dimana-mana, aku putuskan menikmati kering dan hangatnya kamar sakti.
Bak seorang cinderella, aku didatangi oleh 2 cewe yang mebangunkanku dari tidur. haha Pipit-Fatah sudah datang ternyata.
Bivak rubuh |
Hari ini adalah hari terakhir cerita 48 jam kami, semuanya berjalan dengan kerja sama yang baik antar anggota kelompok. Menyenangkan bisa satu kelompok dengan kalian semua, sumpah aku berasa makrab euy.. haha.
Kelompok 7 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar